Artikel ini berisikan tentang Teknologi Sistem Informasi...

Tuesday, April 30, 2013

Penggunaan Bahasa Gaul di kalangan Anak Muda


Kehadiran bahasa gaul atau prokem dalam pergaulan sosial di negeri ini agaknya tidak makin meyurut tetapi justru makin meluas. Ruang-ruang publik makin kuyup dengan idiom-idiom bahasa gaul atau prokem. Bahasa tersebut saat ini telah menyebar kemana-mana. Penggunanya tidak hanya kalangan remaja perkotaan tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan akibat mobilitas urbanisasi yang kian sulit terkendali.


Para pemuda desa berbondong-bondong mengadu nasib ke kota khususnya Jakarta. Mereka di sana akan bertemu dengan berbagai kelompok atau komunitas orang dan akan berinteraksi dengan banyak orang pula. Pastinya mereka telah menemukan kosa kata yang baru yang mungkin tidak pernah mereka dengar dan guunakan sebelumnya. Sebagian dari kosa kata yang mereka dengar adalah bahasa gaul atau prokem. Secara tidak langsung mereka telah berperan sebagai juru bicara bahasa gaul ketika pulang ke kampung halaman. Mereka pasti akan memperkenalkan bahasa gaul ke dalam komunitas masyarakat pinggiran dan pedesaan hingga akhirnya akan menjadi bahasa pergaulan di kalangan remaja di daerah tersebut.
Bahasa gaul atau prokem yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat mudah diserap oleh masyarakatnya. Apalagi anan-anak muda dan remaja. Dengan ide-ide kreatif mereka terkadang bahasa tersebut penggunaanya dapat di campur dengan bahasa daerah mereka yang nantinya akan memunculkan bahasa-bahasa yang baru lagi dan lucu. Dan mereka akan memperkenalkan bahasa tersebut kepada teman-teman sekelompoknya.
Bahasa gaul akan cepat berkembang dikalangan remaja, karena bahasa gaul pada umunya digunakan sebagaai sarana komunikasi diantara remaja sekelompoknya. Ketika seorang remaja sudah mengetahui satu bahasa gaul atau prokem yang menurut mereka itu masih asing , pasti mereka akan gunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka sehari-hari.pada saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman sebaya mereka, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menularkan bahasa itu kepada teman-teman sekelompoknya. Itu wajar-wajar saja karena itu bahasa mereka. Apabila mereka tidak menggunakan bahasa gaul atau prokem mereka akan dikatakan tidak gaul.
Anak remaja akan dikatakan dikatakan gaul dan modern apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini.yaitu mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang saat ini.serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa gaul yang akan mereka temui nanti yaitu ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.
Dalam era globalisasi ini dimana semua alat teknologi sudah canggih, pastinya semua anak remaja tidak ketinggalan. Sebagai contoh hp dikalangan anak muda, semua anak muda di Indonesia sudah memiliki hp dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai macam fungsi dan kegunaanya. Melalui hp anak muda dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman. Salah satunya melalui sms mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.
Bahasa yang mereka gunakan dalam sms bermacam-macam, yang pasti singkat dan mudah dimengerti. Bahasa gaul dan prokemlah yang tidak lepas dari peristiwa ini. Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi dalam sms. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan. Dari kegiatan ini mereka akan menemukan bahasa-bahasa gaul yang baru pula.
Selain dari sms mereka juga akan menemukan berbagai bahasa melalui internet, karena jaringan ini lebih luas. Anak remaja saat ini tidak ketinggalan dengan informasi yang ada di internet. Tidak hanya anak muda bahkan semua orang dapat menemukan segala sesuatu dari internet. Dari internet akan memudahkan orang dalam berkomunikasi.
Komunikasi melalui internet saat ini salah satunya adalah melalui facebook. Yang dapat dilihat dari status dinding yang mereka tulis di facebook sangat bermacam-macam bahasanya. Kaum remaja yang menjadi pengguna media sosial terbesar di negeri ini banyak sekali menggunakan bahasa gaul dalam mengekspresikan statusnya. Bahkan kaum remaja pemillik akun jejaring sosial akan terstigma sebagai remaja yang kurang gaul apabila menggunkan bahasa yang resmi. Mereka juga akan menggunakan bahasa sesuai perkembangannya.
Bahasa akan selalu berkembang sesuai latar sosial budaya pemakainya baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisis psikologis penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat, atau politikus, ragam bahasa anak-anak termasuk bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam variasi.
Kosakata bahasa gaul di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkunagn kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam pada kreatifitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem atau gaul mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan/tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai denagn perkembangan usia remaja. Selain itu pemakainyapun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkunagn kelompoknya, bahasa yang digunaknanya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umnum di lingkunagn masyarakat temapat mereka berada.
Dengan memiliki bahasa tersendiri untuk mengekspresikan gaya mereka komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompopk usia lain atau agar pihak lain mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. Karena masa remaja memiliki karakter antara lain petualang pengelompokan dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok ekslusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia. Dari bahasa rahasia yang mereka ciptakan akan tercipta pula bahasa gaul
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian bahasa pergaulan anak remaja ini merupakan dialek bahasa indonesia non formal yang terutama di gunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homoseksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal di khalayak ramai setelah Deby Suhertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul pada tahun 1999.
Bahasa gaul sudah muncul sejak awal 70-an. Awalnya digunakan “bromocorah” agar orang di luar komunitas dari mrerka tidak mengert, jadi mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi jika membicarakan hal yang negatif. Bahasa gaul yang disebut juga bahasa prokem dan digunakan dalam percakapan sehari-hari akan terus mengalami perkembangan. Bahkan semakin bervariatif apalagi dikalangan remaja. Misalnya kata “saya” yang dalam dialeg Jakarta atau Betawi menjadi “gue” berubah menjadi “ogut” atau “gout”.
Yang agak ekstrim misalnya sebutan untuk orang tua seperti ibu atau bapak berubah menjadi ”bokap” dan “ nyokap”. Jika anak-anak muda tidak menggunakan bahasa gaul ini mereka merasa ketinggalan jaman, kuno, gak gaul, dan sebagainya.bahkan menurut kamus bahasa gaul sendiri, bergaul itu artinya supel, pandai berteman, nyambung diajak ngomong, perang cerdas, dan serba tahu info-info tajam dan terpercaya alias luas wawasan. Karena begitu seringnya mereka gunakan diberbagai tempat, lama kelamaan orang awam pun mengerti yang mereka maksud sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia lagi. Kalangan orang tua sering kali merasa prihatin terhadap fenomena bahasa gaul. Mereka menganggap jaman sekarang semakin anak bergaul, efek buruknya anak berpotrensi menyerap kata-kata yang tidak pantas dan tidak sopan.
Saat ini bahasa prokem telah banyak terasaimilasi dan menjadi umum dgunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan dilingkungan sosial, bahkan dalam media-madia populer seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakn dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa “aneh” untuk berkomunikasi secara verbal denagan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.

Sumber : http://ekorizalsaputra.wordpress.com/2012/11/24/makalah-penggunaan-bahasa-gaul-di-kalangan-remaja/

PERANAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI


Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemngkinannya terjadi pada era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan siatuasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Setiap warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1) sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap kebanggan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa Indonesia pun mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran purisme) dan menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa Indonesia. Selanjutnya, disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antarbangsa dan era globalisasi ini.
Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”. Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa”, yang membaw pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing dengan bangsa lain.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhaan dan ketidakrumitan tersebut tidak mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan.